Saturday, November 9, 2013

Bahasa Campur-campur yang Ingin Menuju Kawasan Internasional

Menarik membaca artikel Deddy Mulyana di harian Kompas mengenai pemakaian bahasa yang dicampur dengan kata-kata bahasa asing. Hal itu terlihat jelas baik di selebaran, iklan, sampai dengan media-media cetak dan elektronik. Hal tersebut akhirnya menjadi kebiasaan di tengah masyarakat. Terpatri dalam benak sehingga secara tidak sadar terbawa dalam berbicara maupun tulis menulis.

Menjadi sebuah kebiasaan bagi masyarakat untuk mencampur-campur bahasanya dengan kata-kata asing ( penulis pun melakukannnya baik sadar maupun tidak sadar ). Bila kita renungkan hal ini berarti adanya ketidakberesan penutur yang suka mencampur adukan bahasa ibu dengan bahasa asing. Seakan-akan penggunaan bahasa asing yang dicampur dengan bahasa ibu digunakan agar penutur terlihat lebih pintar atau intelek. 

Iklan-iklan yang ditampilkan di koran atau majalah, judul-judul program televisi, dan juga pembawa acaranya juga tampak gemar mencampuradukan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Hal ini mungkin cukup berperan dalam  memberikan pengaruh kepada pemaikan bahasa yang digunakan masyarakat sehari-hari karena program-program dan tulisan-tulisan berbagai media tersebut yang dikonsumsi masyarakat. Dalam hal ini menunjukkan peran media massa yang besar dalam mempengaruhi masyarakat menggunakan bahasa.

Fenomena yang tampak saat perusahaan-perusahaan nasional justru menampilkan citra perusahaan menjadi lebih membumi sesuai kebuadayaan masyarakat di mana produk atau perusahaan mereka berada. Contohnya beberapa media asing sudah memiliki situs-situs berbahasa Indonesia. Klub-klub sepakbola  asing seperti dari Eropa juga mulai menambah bahasa Indonesia sebagai pilihan bahasa di masing-masing situs. Hal ini bisa dimengerti sebagai cara-cara perusahaan tersebut untuk dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Akan tetapi di sisi lain hal ini juga menunjukkan penghargaan dunia internasional kepada bahasa Indonesia  karena banyaknya jumlah penutur dan juga penutur Indonesia yang berdampak signifikan bagi perusahaan-perusahaan tersebut.

Beberapa pihak pun sudah mulai mengusulkan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa ASEAN mengingat tahun 2015 merupakan dimulainya Komunitas ASEAN. Tidak heran dengan wacana tersebut mengingat jumlah penduduk Indonesia yang terbesar di ASEAN dan juga bahasa Melayu juga digunakan oleh penduduk Malaysia, Singapura,dan juga Brunei Darussalam. Cita-cita yang tidak mudah ini bukannya mustahil. Butuh perjuangan dari pihak yang memiliki kekuatan seperti pemerintah Indonesia dan tidak ketinggalan juga masyarakat  yang menjadi faktor utama dalam menggunakan bahasa Indonesia. Melihat realitas yang terjadi dengan bahasa gado-gado seperti artikel yang ditulis Deddy Mulyana, apakah bahasa Indonesia dapat digunakan lebih luas lagi? Majulah Bahasa Indonesia !



No comments:

Post a Comment