Thursday, March 6, 2014

Crimea : Panggung Rusia di Eropa



Tidak salah keadaan di Ukraina dinilai sebagai babak baru perseteruan baru antara Timur dan Barat. Semenanjung  Crimea yang berada di Selatan Ukraina yang mayoritas penduduknya berbahasa Rusia menjadi titik perpecahan antara Timur dan Barat. Rusia  merasa memiliki kepentingan untuk melindungi warga semenanjung Crimea yang berbahasa Rusia. Akan tetapi di sisi lain Kiev yang telah diduki pihak pro-UE tidak menginginkan adanya campur tangan Rusia, hal senada juga dilontarkan oleh pihak Uni Eropa bersama dengan Amerika Serikat.
Rusia Masih Menginginkan Rekan
Pertikaian di Ukraina sekarang ini tidak seperti menjadi pengingat kembali memori  masyarakat internasional akan perang dingin antara Blok Timur dan Blok Barat. Rusia kerap memiliki sikap yang berseberangan dengan Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa mengenai beberapa permasalahan, termasuk  permasalahan di Timur Tengah.  Rusia tampak ingin menunjukkan bahwa diri mereka masih ada  dan tidak terhapus  dari ingatan akan negara kuat dan berpengaruh. Seperti yang diketahui bahwa Ukraina merupakan salah satu negara pecahan Uni Soviet dan memiliki hubungan yang baik dengan Rusia semasa Yanukovych berkuasa. Ukraina mengimpor gas dari Rusia, sebaliknya Rusia menjadi pengimpor barang-barang berat seperti baja. Mantan Presiden Yanukovych menganggap penting hubungan kedua Negara tersebut mengingat Ukraina  membutuhkan gas yang dipasok oleh Rusia. Rusia tidak rela apabila sekutunya  bergabung dengan UE dan Amerika Serikat.  Rusia pun tidak segan-segan  menjanjikan bantuan sebesar 15 miliar dolar kepada Ukraina. Langkah tersebut menunjukkan upaya Rusia  menarik kembali perhatian Ukriana sebagai “tetangga yang pernah serumah”.

Crimea Sebagai Panggung
Semenanjung Crimea menjadi arena unjuk gigi bagi Rusia untuk menarik simpati penduduk Ukraina yang  berbahasa Russia di daerah tersebut. Sekelompok anggota bersenjata tidak beridentitas mulai menduduki wilayah tersebut. Banyak yang menganggap bahwa pasukan tidak beridentitas tersebut diorganisir oleh Rusia. Rusia merasa berhak untuk melindungi etnis Rusia yang menjadi mayoritas di Crimea. Tampak Moskwa memiliki alasan untuk dapat memasuki wilayah Ukraina tersebut. Beberapa kalo terjadi bentrokan antara kelompok pendukung Ukraina dan Rusia.





Di sisi lain, negara-negara Uni Eropa masih harus menjaga hubungan baik dengan Rusia sementara mereka juga mengencam Rusia  membawa pasukan ke Crimea. Negara-negara UE juga membutuhkan pasokan gas dari Rusia. Menurut laporan AFP, 66% gas Rusia diimpor oleh Negara-negara Uni Eropa melalui Ukraina, dengan Jerman sebagai pengimpor terbesar. Pipa-pipa gas menjalar dari Rusia melalui Ukraina dan disebarkan ke Negara-negara Eropa lainnya. Kenyataan tersebut mebuat Rusia untuk sementara dapat  “sedikit beraksi”.  Uni Eropa mendukung Ukriana untuk ikut bergabung.  Akan tetapi Mantan Presiden Yanukovych pada November 2013 tidak menandatangani persetujuan  hubungan lebih mendalam antara UE dan Ukraina mengingat Yanukovych merasa  Ukraina masih tergantung dengan Rusia dalam masalah energi. Hal ini yang membuat warga Ukraina pro-UE menjadi marah dan melakukan demonstrasi di Kiev.

Dunia perlu memperhatikan sikap Rusia dan juga  mendengar Crimea mengenai keberadaan otonomi mereka. Ukraina sendiri harus memperhatikan Crimea dan pendapat mereka apakah langkah terbaik yang akan diambil. Apakah warga Crimea yang mayoritas berbahasa Rusia akan menjadi warga kelas terpinggirkan, mengeingat  hal tersebut diwaspadai oleh kelompok ini.Walaupun Moskwa merasa berhak untuk melaukan pengamanan warga berbahasa Rusia, akan tetapi Rusia perlu juga menahan diri agar tidak membuat permasalahan menjadi lebih ruwet yang nantinya akan menyusahkan kawasan Eropa Timur tersebut.