Friday, February 28, 2014

Kiev Diduki Pro-Barat, Ukraina Terpecah ?

Barricades in front of a government building in Simferopol on February 27 hold a banner that reads: "Crimea Russia." There's a broad divide between those who support the pro-Western developments in Kiev and those who back Russia's continued influence in Crimea and across Ukraine.





Yanukovych telah lengser dari singgasana presiden Ukraina. Ia  melarikan diri, salah satu dugaan baik masyarakat Ukraina maupun masyarakat internasional ia  pergi ke  Rusia untuk mendapatkan perlindungan.
Selepas pergantian kekuasaan di Ukraina, bagi etnis Rusia yang berada di negeri tersebut, membuat keadaan menjadi tidak aman. Perpecahan  nampak antara etnis Ukraina yang berada di wilyah Barat dan etnis Rusia di wilayah Timur. Kerusuhan terjadi di sevastopol, kota yang berada diwilayah otonomi Ukraina, yakni Crimea. Daerah Crimea memiliki penduduk yang mayoritas adalah etnis Rusia, dalam permasalahan ini mereka turut pro-Rusia. 

Permasalahn di Ukraina semakin sulit , di mana pihak pro Barat yang telah menduduki Kiev menginginkan terjadinya kesepakatan antara Kiev dengan Uni Eropa demi kesejahteraan Ukraina. Akan tetapi, ada hal yang luput dari perhatian masyarakat internasional akan timbulnya permasalahan baru, yakni adanya perselisihan antar etnis di Ukraina sendiri. Militer Rusia disinyalir berpotensi untuk masuk ke wilayah Criema. Hal ini telah dikecam oleh berbagai pihak agar Rusia tidak ikut campur tangan.


Pihak luar Ukraina seperti negara-negara Uni Eropa beserta Amerika Serikat harus berupaya untuk " tidak masuk" ke dalam permasalahn internal Ukrina. Paling tidak Uni Eropa dan Amerika Serikat mencegah Rusia untuk tidak masuk ke Ukraina dengan cara-cara militer.